MERINTIS PEMBENTUKAN KABUPATEN PARIGI – MOUTONG
Perjuangan memang tidak gampang dan semudah membalikan telapak tangan. Perjuangan membutuhkan pengorbanan baik harta maupun jiwa, perjuangan pemekaran daerah membutuhkan pengorbanan materi, pemikiran, tenaga dan keuletan, karena untuk mencapai tujuan memerlukan orang- orang yang memiliki pengalaman dan jaringan individu diberbagai lini dilingkungan kekuasaan dan birokrasi di Pusat. Bachran disamping memiliki pengalaman organisasi, kalau boleh dikatakan masuk dalam jajaran angkatan ’66 tentu saja koneksitas aktivis seangkatannya menempati jabatan jabatan strategis baik di era Orde Baru maupun saat ini yaitu Reformasi, antara lain Anwar Nasution Ketua BPK, Taufik Effendi Menpan, tetapi DR. Fahmi Idris Menteri Perindustrian yang paling dekat dengan om Bachran. Menurutnya dia hidup bersama satu kamar selama kurang lebih 2 tahun yaitu 1967 s/d akhir 1968 di Cilosari 17 Jakarta (PB Himpunan Mahasiswa Islam).
Bachran Pandiman puluhan tahun malang melintang didunia birokrasi dan politik di ibukota republik ini, merintis pemekaran dari kabupaten Donggala yaitu pembentukan kabupaten Parigi Moutong sebagai daerah otonom sejak 1963. Dengan modal jaringan politik dan birokrasi yang dibinanya selama puluhan tahun ia berkarir di Jakarta, membuatnya tidak mendapat rintangan dalam berjuang dan menerobos benteng- benteng kekuasaan Orde Lama dan Orde Baru.Bachran berjuang dengan niat tulus dan ikhlas demi membangun daerahnya yang lebih maju serta meningkatkan kesejahteraan rakyat terutama di wilayah Parigi Moutong. Hal inilah yang membuat mantan anggota Presidium KAMI Pusat maupun Manggala BP-7 pusat, yang saat ini sebagai Ketua Forum Komunikasi Penatar KAMTIBNAS di Mabes POLRI (Baca: Bimas POLRI) tidak pernah surut semangat dalam memperjuangkan kepentingan masyarakat di Sulawesi Tengah, khususnya Parigi Moutong.
Selama kurang lebih 17 tahun, perjuangan pembentukan Kabupaten Parigi Moutong vakum, sejak tahun 1963 sampai dengan tahun 1980,
Bachran dan beberapa tokoh-tokoh masyarakat dan politisi daerah Parigi Moutong ini, kembali berjuang untuk mewujudkan cita-citanya itu. Namun pada waktu itu mendapatkan tantangan kekuasaan Orde Baru yang begitu mapan. Rezim Orde Baru lewat MENDAGRI Basuki Rachmat menutup kran adanya peluang pemekaran wilayah di Nusantara ini. Sehingga perjuangan pemekaran kembali menuai kegagalan, namun dalam hal ini, om Bachran tetap memperjuangkan pembentukan Parigi Moutong sebagai Kabupaten adalah ketika menentang kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Donggala yaitu menempatkan Parigi Moutong dibawah koordinasi Penghubung Bupati Kabupaten Donggala di Parigi. Menurutnya yang paling tepat adalah pembentukan daerah otonom yaitu daerah Swatantra tingkat II kabupaten Parigi Moutong dan bukan penghubung Bupati Donggala. Dalam penentangannya itu, ia kemudian membuktikan dengan mengirimkan surat protes ke Pemerintah Pusat dan Pemerintah Sulawesi Tengah serta tembusan ke seluruh Partai Politik baik tingkat Daerah maupun Pusat di Jakarta. Sehingga akibat surat protes tersebut, penghubung Bupati Jaeludin Lemba ditarik ke Palu. “Surat saya itu disimpan rapih di Arsip Nasional dan Daerah Sulteng”. Ungkapnya.
Jadi terbentuklah kabupaten Parigi Moutong, sedikitnya merupakan hasil buah karya perjuangan om Bachran yang saat ini berstatus anggota DPRD kabupaten Parigi Moutong. Selama ini, ia tidak pernah bertepuk dada membanggakan diri bahwa ia salahsatu perintis terwujudnya cita-cita luhur masyarakat Kabupaten Parigi Moutong khususnya. Mungkin hanya segelintir orang-orang tertentu yang mengetahui liku-liku, luka-luka pahit getirnya perjuangan pembentukan kabupaten Parigi Moutong hingga saat ini dinikmati anak cucu kita kedepan. “ saya ini hanya sebutir pasir di Kali Toraranga, masih banyak pejuang lain yang lebih punya andil ketimbang saya” ucapnya.
Sebagai mantan birokrasi Pemerintah Daerah Sulawesi Tengah di Kantor Perwakilan Jakarta dan selaku politisi yang memiliki visi politik kedepan yaitu perlunya Rekruitmen kader partai politik dalam menyeleksinya masuk ke jajaran keanggotaan legislatif, hendaknya memiliki mekanisme dan prosedur formal yang secara demokratis, sehingga dapat membangun institusi parlemen yang berkualitas karena didukung oleh politisi- politisi yang bermutu tinggi baik dalam segi moral maupun pendidikan. Oleh karena itu, wakil Sekretaris DPD Partai Golkar kabupaten Parigi Moutong periode berikutnya betul-betul dapat menempatkan diri selaku wakil rakyat yang memperjuangkan aspirasi dan kepentingan rakyat. Yang paling utama adalah rakyat kecil. Dalam memperjuangkan rakyat jangan tebang pilih, tetapi dirinya sebagai wakil rakyat seutuhnya, bukan wakil golongan atau partai politik, jangan lupa kacang akan kulitnya.
Om Bachran dinilai oleh banyak kalangan, termasuk kawan-kawannya sesama anggota dewan keberhasilan dalam memimpin komisi “A” selama 2 (dua) periode ini adalah mampu menampung dan meng- elaborasi program-program pembangunan yang telah dirangcang oleh dinas-dinas mitranya dengan tupoksi komisi serta visi dan misi DPRD yaitu lebih mengedepankan kepentingan rakyat kecil.
Dengan demikian, format pembangunan Parigi Moutong seyogyanya lebih banyak diporsikan pada Triprioritas; Pendidikan, kesehatan dan pengentasan kemiskinan.
Di DPRD Kabupaten Parigi Moutong, Om Bachran dipercayakan menahkodai komisi “A” yang membidangi:
1. Dinas Sosial dan Kesatuan Bangsa
2. Kantor Satuan Polisi Pamong Praja
3. Bagian Infokom Setda Kabupaten Parigi Moutong
4. Bagian Hukum dan Perundang-undangan Setda Kabupaten Parigi Moutong
5. Bagian Organisasi Kepegawaian Setda
6. Bagian Tata Pemerintahan Setda
7. Badan Pertahanan Nasiaonal
8. Kantor Statistik
9. Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa
10. Badan Pengawasan Daerah
11. Badan Diklat Litbang
Dalam visinya kerap mengedepankan dan menekankan pentingnya kejujuran, transparansi dan keadilan. Oleh karena itu, pemimpin yang baik hendaknya mengedepankan ketiga unsur tersebut, bila menginginkan daerah ini pembangunannya sejajar dengan daerah lain contohnya dipulau Jawa.
Kamis, 29 Mei 2008
AKTIVIS “KAMI” PUSAT.
AKTIVIS “KAMI” PUSAT.
Bachran Pandiman dalam usianya kurang lebih 20 tahun hijrah ke Jakarta dan melanjutkan studinya di Institut Pelayaran Niaga (IPN). Semasa mahasiswa, Bachran lebih mencurahkan perhatiannya pada organisasi- organisasi internal dan eksternal kemahasiswaan.
Salah satu organisasi eksternal kemahasiswaan kala itu yang paling digandrungi adalah KAMI (Komite Aksi Mahasiswa Indonesia) yang berani berhadapan dengan rezim ORLA. Ia termasuk tokoh sentral mahasiswa dan pencetus KOAMPA (Komite Aksi Mahasiswa Pengemban Ampera), di Palu Sulawesi Tengah, bersama sama dengan almarhum walikota Palu Baso Lamakarate dan Drs. A. Hay Lamamala mantan Kepala Perwakilan Pemda Sulawesi Tengah di Jakarta.
Semasa mahasiswa, oleh kawan- kawannya ia dikenal cerdas dan orator dalam suatu diskusi politik maupun ilmiah ia dikenal kritis dan oposan terhadap pemerintah, bila kebijakan itu dipandangnya tidak berpihak pada rakyat kecil. Memang kala itu (Orde Lama) banyak kebijakan Presiden Soekarno yang menyengsarakan rakyat sehingga muncul gerakan Tritura (Tiga Tuntutan Rakyat) yang dimotori oleh Kesatuan Aksi Mahasiswa Indinesia (KAMI).
Dalam jajaran struktur kepengurusan Presidium KAMI Pusat, Bachran selaku Ketua Kontingen Sulteng KAMI Pusat, Bachran juga menempati posisi penting yaitu sebagai salah satu anggota Presidium KAMI Pusat yang mewakili Sulawesi Tengah. Kemudian beberapa saat berselang, wadah perjuangan Mahasiswa Indonesia dalam menentang PKI dan Orde Lama ini dibubarkan dengan Kepres nomor 41 KOGAM (Komando Ganyang Malaysia) oleh Presiden Soekarno dan DR. Soebandrio tentu saja kawan kawan mahasiswa tidak kehabisan akal, bagi mereka perjuangan melawan kezaliman penguasa merupakan tujuan yang mulia apalagi memperjuangkan masa depan bangsa. Sehingga setelah KAMI dibubarkan oleh penguasa Orde Lama, mahasiswa se- Indonesia membentuk KOAMPA (Komite Aksi Mahasiswa Pengemban Ampera).
Presidium KAMI Pusat diJakarta merekomendasi Bachran, Baso Lamakarate (alm), dan Drs. A Hay Lamamala mambentuk KOAMPA di Sulawesi Tengah dengan tujuan menumpas G-30 S PKI, misi ini diperbuat oleh Kepala Staf KOSTRAD Mayor Jenderal A. Kemal Idris.
Wadah dan pengurus KOAMPA diSulawesi Tengah dibentuk dan sekaligus dilantik oleh Bachran adalah : Lukman Makmur selaku Ketua (Komandan), Ismaun DG Marotja dipercaya sebagai Sekretaris Jendral (Kepala Staff) dan asisten 1 dipegang oleh Drs. H. Rusdi Toana. Gerakan kemahasiswaan ini tidak ada perbedaan substantif dengan KAMI, malahan KOAMPA adalah kamuflase perjuangan KAMI karena pada esensinya adalah memperjuangkan Tritura yaitu :
1. Bubarkan PKI
2. Turunkan Harga – harga Bahan Pokok
3. Bubarkan Kabinet seratus menteri
Dijaman Orde Lama, Dinamika Politik Nasional bergerak kearah moment perjuangan melawan kezaliman penguasa oleh para elite politik mengeksploitasi rakyat demi kepentingannya, lahir pada puncak meletusnya G.30 S / PKI yang atheis.
Bachran Pandiman dalam usianya kurang lebih 20 tahun hijrah ke Jakarta dan melanjutkan studinya di Institut Pelayaran Niaga (IPN). Semasa mahasiswa, Bachran lebih mencurahkan perhatiannya pada organisasi- organisasi internal dan eksternal kemahasiswaan.
Salah satu organisasi eksternal kemahasiswaan kala itu yang paling digandrungi adalah KAMI (Komite Aksi Mahasiswa Indonesia) yang berani berhadapan dengan rezim ORLA. Ia termasuk tokoh sentral mahasiswa dan pencetus KOAMPA (Komite Aksi Mahasiswa Pengemban Ampera), di Palu Sulawesi Tengah, bersama sama dengan almarhum walikota Palu Baso Lamakarate dan Drs. A. Hay Lamamala mantan Kepala Perwakilan Pemda Sulawesi Tengah di Jakarta.
Semasa mahasiswa, oleh kawan- kawannya ia dikenal cerdas dan orator dalam suatu diskusi politik maupun ilmiah ia dikenal kritis dan oposan terhadap pemerintah, bila kebijakan itu dipandangnya tidak berpihak pada rakyat kecil. Memang kala itu (Orde Lama) banyak kebijakan Presiden Soekarno yang menyengsarakan rakyat sehingga muncul gerakan Tritura (Tiga Tuntutan Rakyat) yang dimotori oleh Kesatuan Aksi Mahasiswa Indinesia (KAMI).
Dalam jajaran struktur kepengurusan Presidium KAMI Pusat, Bachran selaku Ketua Kontingen Sulteng KAMI Pusat, Bachran juga menempati posisi penting yaitu sebagai salah satu anggota Presidium KAMI Pusat yang mewakili Sulawesi Tengah. Kemudian beberapa saat berselang, wadah perjuangan Mahasiswa Indonesia dalam menentang PKI dan Orde Lama ini dibubarkan dengan Kepres nomor 41 KOGAM (Komando Ganyang Malaysia) oleh Presiden Soekarno dan DR. Soebandrio tentu saja kawan kawan mahasiswa tidak kehabisan akal, bagi mereka perjuangan melawan kezaliman penguasa merupakan tujuan yang mulia apalagi memperjuangkan masa depan bangsa. Sehingga setelah KAMI dibubarkan oleh penguasa Orde Lama, mahasiswa se- Indonesia membentuk KOAMPA (Komite Aksi Mahasiswa Pengemban Ampera).
Presidium KAMI Pusat diJakarta merekomendasi Bachran, Baso Lamakarate (alm), dan Drs. A Hay Lamamala mambentuk KOAMPA di Sulawesi Tengah dengan tujuan menumpas G-30 S PKI, misi ini diperbuat oleh Kepala Staf KOSTRAD Mayor Jenderal A. Kemal Idris.
Wadah dan pengurus KOAMPA diSulawesi Tengah dibentuk dan sekaligus dilantik oleh Bachran adalah : Lukman Makmur selaku Ketua (Komandan), Ismaun DG Marotja dipercaya sebagai Sekretaris Jendral (Kepala Staff) dan asisten 1 dipegang oleh Drs. H. Rusdi Toana. Gerakan kemahasiswaan ini tidak ada perbedaan substantif dengan KAMI, malahan KOAMPA adalah kamuflase perjuangan KAMI karena pada esensinya adalah memperjuangkan Tritura yaitu :
1. Bubarkan PKI
2. Turunkan Harga – harga Bahan Pokok
3. Bubarkan Kabinet seratus menteri
Dijaman Orde Lama, Dinamika Politik Nasional bergerak kearah moment perjuangan melawan kezaliman penguasa oleh para elite politik mengeksploitasi rakyat demi kepentingannya, lahir pada puncak meletusnya G.30 S / PKI yang atheis.
Letak Geografis
AKTIVIS “KAMI” PUSAT.
KELUARGA ZAMAN
Bachran Pandiman lahir 64 tahun silam tepatnya pada tahun 1943 dikecamatan Toribulu desa Tobue, Kabupaten Donggala (Baca : Parigi Moutong). Ayahnya bernama Pandiman Datuk Nawarangsa kelahiran Kalimantan dan ibunya, Wicedai berasal dari putri Olongian Besar Tomini. Kedua orangtuanya memiliki ikatan dalam lingkunan keluarga bangsawan.
Ayahnya dari keturunan darah biru bangsawan Kalimantan Selatan yang bergelar “Datuk”. Kemudian ibunya juga keturunan Olongian yaitu sebagai kepala adat, yang mempunyai kewenangan untuk melantik raja (sekarang disebut : Mahkamah Agung). Raja tidak sah apabila tidak dilantik oleh Olongian. Dalam prosesi kerajaan Moutong baik dari pihak Raja Borman maupun Raja Tombolotutu yang melantik adalah Olongian besar di Baturaja Tomini.
“Untuk itu keturunan Borman dan Tombolotutu memanggil Mama pada ibu saya. Jadi mereka menganggap ibu saya sebagai orangtua mereka”, kenangnya.
Bachran memiliki tiga saudara, yaitu Masromi, Sabriansyah, Masniah dan ia sendiri paling bungsu. Bachran dan saudara – saudaranya kerap kompak dan saling menghargai satu sama lain berdasarkan urutan senioritas. Tentu saja ia merupakan saudara bungsu yang harus menghargai dan rendah hati terhadap kakak – kakaknya, walaupun ia berstatus wakil rakyat dengan jabatan Ketua Komisi A. Namun, Bachran tidak pernah merasa lebih dari orang lain dan selalu menghargai yang lebih tua darinya. “ Mungkin hari ini kita pintar, diseberang sana ada yang jauh lebih pintar dari kita, masih ada langit diatas langit “, katanya.
Dalam keluarga besar Bachran Pandiman termasuk beruntung karena telah berumur rata-rata kurang lebih 75 tahun keatas. Ibunya wafat dalam usia 100 tahun lebih dan bapaknya berumur 88 tahun saat beliau meninggal. Serta kakeknya meninggal dengan umur lebih dari 90 tahun, baik dari pihak ibu maupun ayahnya. Sehingga dapat dikatakan keluarga Bachran merupakan “Keluarga Zaman”. “Jadi klaim keluarga saya ini dari turunan orang Zaman.
Karena kakek, nenek dari ayah dan ibu alhamdulilah dalam usia 80 tahun keatas dan saya sendiri sudah masuk dalam usia 64 tahun”, ungkap mantan Deputi Hukum dan Perundang-undangan ADKASI (Asosiasi DPRD Kabupaten Seluruh Indonesia) di Jakarta.
Bachran lebih menokohkan ayahnya yang terbilang dekat dibanding saudara- saudaranya. Ia mengagumi ayahnya dari cara bergaul dan berinteraksi dalam lingkungan sosial dalam kehidupannya, yaitu lebih supel, dinamis, dan pandai menempatkan dirinya dalam beragam lingkungan. Sehingga ayahnya diterima dari beragam etnis dan stratifikasi social. Semasa hidup, ayahnya dikenal sebagai tukang jahit dari Raja Parigi Tagunu Hanusu. Adapun pesan ayahnya yang paling menakjubkan adalah tuntutlah pendidikan semaksimal mungkin, karena 25-30 tahun kedepan hanya orang pintarlah yang paling dihargai dan dapat menempati posisi tinggi adalah orang yang menggapai pendidikan paling tinggi dan meraih sarjana. “Untuk itu ayah saya sudah memiliki visi jauh kedepan dan secara realistis memang demikian”, katanya. Oleh karena itu, saya berharap pada generasi muda hendaknya berkompetisi secara intelektualitas. Negara dan Bangsa dapat maju dan besar hanya ditopang dengan institusi pendidikan yang maju dan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi dalam ukuran pendidikan. Jepang yang sudah pernah hancur dengan bom di Hiroshima dan Nagasaki, dengan keuletan dan ketekunan warga negaranya dalam menuntut pendidikan dalam waktu 25 tahun mampu menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan Korea selatan yang telah masuk dalam jajaran empat macan ekonomi Asia di APEC (Asian Pacific Economic Corporation) karena mengandalkan kualitas sumber daya manusia yang unggul. Demikian pula Malaysia banyak belajar kepada bangsa kita, namun kini sebaliknya kita yang belajar pada mereka.
Ayahnya dari keturunan darah biru bangsawan Kalimantan Selatan yang bergelar “Datuk”. Kemudian ibunya juga keturunan Olongian yaitu sebagai kepala adat, yang mempunyai kewenangan untuk melantik raja (sekarang disebut : Mahkamah Agung). Raja tidak sah apabila tidak dilantik oleh Olongian. Dalam prosesi kerajaan Moutong baik dari pihak Raja Borman maupun Raja Tombolotutu yang melantik adalah Olongian besar di Baturaja Tomini.
“Untuk itu keturunan Borman dan Tombolotutu memanggil Mama pada ibu saya. Jadi mereka menganggap ibu saya sebagai orangtua mereka”, kenangnya.
Bachran memiliki tiga saudara, yaitu Masromi, Sabriansyah, Masniah dan ia sendiri paling bungsu. Bachran dan saudara – saudaranya kerap kompak dan saling menghargai satu sama lain berdasarkan urutan senioritas. Tentu saja ia merupakan saudara bungsu yang harus menghargai dan rendah hati terhadap kakak – kakaknya, walaupun ia berstatus wakil rakyat dengan jabatan Ketua Komisi A. Namun, Bachran tidak pernah merasa lebih dari orang lain dan selalu menghargai yang lebih tua darinya. “ Mungkin hari ini kita pintar, diseberang sana ada yang jauh lebih pintar dari kita, masih ada langit diatas langit “, katanya.
Dalam keluarga besar Bachran Pandiman termasuk beruntung karena telah berumur rata-rata kurang lebih 75 tahun keatas. Ibunya wafat dalam usia 100 tahun lebih dan bapaknya berumur 88 tahun saat beliau meninggal. Serta kakeknya meninggal dengan umur lebih dari 90 tahun, baik dari pihak ibu maupun ayahnya. Sehingga dapat dikatakan keluarga Bachran merupakan “Keluarga Zaman”. “Jadi klaim keluarga saya ini dari turunan orang Zaman.
Karena kakek, nenek dari ayah dan ibu alhamdulilah dalam usia 80 tahun keatas dan saya sendiri sudah masuk dalam usia 64 tahun”, ungkap mantan Deputi Hukum dan Perundang-undangan ADKASI (Asosiasi DPRD Kabupaten Seluruh Indonesia) di Jakarta.
Bachran lebih menokohkan ayahnya yang terbilang dekat dibanding saudara- saudaranya. Ia mengagumi ayahnya dari cara bergaul dan berinteraksi dalam lingkungan sosial dalam kehidupannya, yaitu lebih supel, dinamis, dan pandai menempatkan dirinya dalam beragam lingkungan. Sehingga ayahnya diterima dari beragam etnis dan stratifikasi social. Semasa hidup, ayahnya dikenal sebagai tukang jahit dari Raja Parigi Tagunu Hanusu. Adapun pesan ayahnya yang paling menakjubkan adalah tuntutlah pendidikan semaksimal mungkin, karena 25-30 tahun kedepan hanya orang pintarlah yang paling dihargai dan dapat menempati posisi tinggi adalah orang yang menggapai pendidikan paling tinggi dan meraih sarjana. “Untuk itu ayah saya sudah memiliki visi jauh kedepan dan secara realistis memang demikian”, katanya. Oleh karena itu, saya berharap pada generasi muda hendaknya berkompetisi secara intelektualitas. Negara dan Bangsa dapat maju dan besar hanya ditopang dengan institusi pendidikan yang maju dan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi dalam ukuran pendidikan. Jepang yang sudah pernah hancur dengan bom di Hiroshima dan Nagasaki, dengan keuletan dan ketekunan warga negaranya dalam menuntut pendidikan dalam waktu 25 tahun mampu menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan Korea selatan yang telah masuk dalam jajaran empat macan ekonomi Asia di APEC (Asian Pacific Economic Corporation) karena mengandalkan kualitas sumber daya manusia yang unggul. Demikian pula Malaysia banyak belajar kepada bangsa kita, namun kini sebaliknya kita yang belajar pada mereka.
Selayang Pandang Kabupaten Parimo
- Gambaran Umum
Pada tahun 2006 Kabupaten Parigi Moutong terdiri dari 10 Kecamatan, 147 Desa/Kelurahan (143 Desa, 4 Kelurahan) dengan jumlah penduduk adalah 373.346 jiwa, kepadatan penduduk (Population Density) 60 jiwa/km2. Konsentrasi penduduk tertinggi berada di wilayah Kecamatan Parigi dengan kepadatan mencapai 115 jiwa/km2.
- Sejarah Kabupaten Parigi Moutong
Pada awalnya masyarakat daerah Parigi Moutong tersebar ke dalam beratus bahkan beribu-ribu komunitas di gunung-gunung dan bukit-bukit dalam satu kesatuan Genealogis. Mereka memisahkan diri di antara kesatuan genealogis lainnya. Sehingga oleh Werteim dikenal sebagai sebuah masyarakat komunal yang dipimpin oleh “Olongian” dan atau “Kemagauan”. Pimpinan yang dinamakan “Magau” atau “Olongian” kemudian berubah menjadi “Raja” sebagai konsekuensi logis dari pertautan komunalitas masyarakat Parigi Moutong dengan Hindia Belanda. Keadaan seperti itu berlangsung hingga datangnya Imperialisme Belanda ke daerah ini sehingga konsep “Magau” dan “Olongian” berubah menjadi konsep yang namanya “Raja”. Raja inilah yang dijadikan Pemerintah Hindia Belanda sebagai wakil representasi dari masyarakat yang plural di wilayah Parigi Moutong. Pada awal abad ke-20, Pemerintah Hindia Belanda mengadakan kontrak politik yang disebut sebagai perjanjian pendek dengan Raja-raja seperti Roe di Tojo, Ta Lasa di Poso, Owolu Marunduh di Mori, Kabodi di Napu termasuk Dg. Malino dan Idjenggi yang dipresentasikan sebagai wakil dari Kerajaan di Wilayah Parigi Moutong. Namun masuknya Hindia Belanda sebagai suatu kekuatan politik di tanah Parigi Moutong juga dibayar mahal oleh Putra-Putra terbaik daerah ini sebagai pejuang yang tidak tunduk ke dalam Integrasi Politik kolonial Belanda yang antara lain pejuang yaitu Tombolotutu yang bertahan dengan pandangannya sendiri sebagai bentuk Nasionalisme sendiri.
Selama 39 tahun Kabupaten Parigi Moutong diperjuangkan, benih ditanam sejak tanggal 8 Juni 1963 yakni adanya pembentukan Panitia Penuntut Pembentukan Kabupaten. Setelah diketahui arah perjuangan yang pasti dan jelas maka tanggal 23 Desember tahun 1965 terbentuknya Yayasan Pembangunan Wilayah Pantai Timur dengan Akte Notaris Nomor 33 tahun 1965. Saat inilah diketahui arah, tujuan dan hakekat Pembentukan Kabupaten secara Yuridis Formal.
Akhirnya mentari cerah bersinar megah karena pada tanggal 2 Juli 2002 peresmian Kabupaten Parigi Moutong sebagai Kabupaten yang otonom dilakukan di Gedung PMD Pasar Minggu Jakarta Selatan oleh Menteri Dalam Negeri Hari Sabarno atas nama Presiden Republik Indonesia. Delapan hari kemudian tepatnya pada tanggal 10 Juli 2002 dilantiklah Drs. H. Longki Djanggola, M.Si sebagai pejabat Bupati Kabupaten Parigi Moutong yang dilantik oleh Gubernur Sulawesi Tengah Prof. Drs. H. Aminuddin Ponulele, MS di Parigi Ibukota Kabupaten Parigi Moutong.
- Lambang Daerah dan Maknanya
a. Masyarakat Kabupaten Parigi Moutong bersifat terbuka menerima semua masukan yang bersifat membangun untuk dimusyawarahkan demi tercapainya kesejahteraan rakyat.
b. Gumbang atau tempayung bersudut lima melambangkan falsafah Pancasila.
Motto daerah adalah Songu Lara Mombangu yang melambangkan tekad yang kukuh, tertanam dalam diri setiap masyarakat Kabupaten Parigi Moutong dalam membangun, untuk tercapainya cita-cita yakni kesejahteraan rakyat
Arti Warna
1. Warna Putih melambangkan sebagai kesucian.
2. Warna Kuning dimaknai sebagai kejayaan atas sejarah dari kerajaan yang mendiami wilayah Parigi Moutong sebelum lahirnya kabupaten.
3. Warna Hijau dimaknai sebagai kesuburan tanah daerah Kabupaten Parigi Moutong.
4. Warna Coklat dimaknai sebagai tanah tempat kita berpijak dan menjalani roda kehidupan untuk mencapai masyarakat madani.
5. Warna Biru dimaknai sebagai keteduhan dan kedamaian juga mempunyai makna potensi kelautan dimana luas wilayah laut kita lebih luas dari daratan terbesar di Kabupaten Parigi Moutong.
6. Warna Hitam dimaknai sebagai ketegaran sikap untuk menuju pembangunan.
- Arti Gambar
2. Padi berwarna kuning emas dimaknai sebagai simbol kemakmuran yang berjumlah 39 butir, artinya perjuangan masyarakat Kabupaten Parigi Moutong sampai terbentuknya selama 39 tahun.
3. Ikan tuna berwarna hitam dan putih dimaknai sebagai potensi kelautan dan pada sisik tengah 4 dan gerigi ekor atas bawah 10, setiap sirip ekor berjumlah 2 bermakna lahirnya Kabupaten Parigi Moutong tanggal 10 April 2002.
4. Buah kelapa yang terbelah dengan sabut berwarna coklat dimaknai sebagai salah satu tanaman khas primadona Kabupaten Parigi Moutong dan kelapa ini menghadapi tantangan, serta pengorbanan adalah segala-galanya untuk mencapai cita-cita yang tulus.
5. Isi kelapa (dalam bentuk lingkaran) berwarna putih dimaknai sebagai salah satu tekad yang suci untuk membangun Kabupaten Parigi Moutong.
6. Peta topografi Kabupaten Parigi Moutong berlatar belakang warna biru dan kuning bergaris hitam dimaknai sebagai kedudukan Kabupaten Parigi Moutong adalah sebagai kabupaten strategis tepat di tengah-tengah Pulau Sulawesi. Dan juga sebagai gambaran Kabupaten Parigi Moutong dilintasi oleh garis khatulistiwa.
7. Garis hitam yang berada di sisi dari masing-masing gambar dimaknai sebagai ketegaran hati untuk mencapai masyarakat madani.
8. Dula Mpo Langga (dulang berkaki) dimaknai sebagai kekuatan budaya yang masih tetap dipegang oleh masyarakat Kabupaten Parigi Moutong dan terus dilestarikan sebagai modal dasar pembangunan.
9. Pita warna putih dimaknai sebagai bentuk persaudaraan, pemersatu dari berbagai unsur masyarakat yang berbeda-beda suku, agama dan ras sebagai wujud dari motto bangsa Indonesia Bhineka Tunggal Ika
Letak Geografis
Kabupaten Parigi Moutong
Born to the change
Dalam membangun Parigi Moutong ke depan,
semua pihak hendaknya mengedepankan kejujuran,
kebenaran dan keadilan. Oleh karena itu, Legislatif dan Eksekutif
sebagai mitra sejajar hendaknya bersinergi dan membangun
kesamaan visi dan misi yang bermuara kepada
kepentingan dan kesejahteraan rakyat kecil,..
Telah setengah abad bangsa ini merdeka, negara telah melahirkan generasi muda pejuang yang berasal dari berbagai daerah. Gema pekik patriotisme bukan hanya terdengar di Ibukota tetapi banyak kaum muda angkatan 66 lahir dan berjuang untuk mempertahankan eksistensi Bangsa dan Negara dari rongrongan dalam negeri maupun luar negeri. Gejolak politik nasional zaman Orde Lama dalam memberantas G 30 S PKI tahun 1965, peran KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) amat penting dan memiliki andil besar dalam mempertahankan eksistensi Negara Kesatuan RI (NKRI). Salah satu putra daerah dari Kab. Parigi Moutong, aktif di Presidium KAMI Pusat di Jakarta adalah Bachran Pandiman yang turut berjuang dalam menumpas Gerakan 30 September PKI. Semasa mudanya aktif dalam organisasi kemahasiswaan baik internal (HMI) maupun eksternal (soksi) kerap melakukan perlawanan terhadap kebijakan Presiden Soekarno yang tidak berpihak pada kepentingan rakyat miskin.
Mungkin generasi angkatan 90 an kurang mengenal Bachran Pandiman, sebagai salah seorang eksponen angkatan 66 asal daerah Sulawesi Tengah yang terus memekikkan suara kebebasan dan kemerdekaan serta pengganyangan terhadap G.30 S / PKI. Bachran yang akrab disapa om Bachran kini usianya terhitung senja, tetapi idealisme dan watak partiotisme terhadap Bangsa dan Negara terus mengobarkan semangat menegakkan kejujuran, kebenaran dan keadilan serta transparansi dalam mengelola pemerintahan daerah di era reformasi saat ini.
Dengan pengalaman demonstran sebagai aktivis gerakan mahasiswa se- Indonesia menentang PKI di zaman Orde Lama membuat diri Ketua Komisi “A” DPRD Parigi Moutong yang sudah dua kali terpilih, membuatnya lebih matang dan terkesan hati-hati dalam mengambil keputusan politik, karena acap kali mengedepankan kebersamaan dan menjunjung tinggi demokrasi, serta keadilan, sering berbenturan dengan kondisi yang berkembang. Oleh karena itu, ia berharap kepada kawan-kawan sejawatnya, hendaklah mengutamakan sharing pendapat yang lebih elegan dan tetap dalam koridor perundang- undangan yang berlaku. Legislatif dan Eksekutif sama- sama memiliki tupoksi berbeda, namun dalam tujuan sama yaitu mengedepankan kemajuan pembangunan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat Kabupaten Parigi Moutong kedepan.
semua pihak hendaknya mengedepankan kejujuran,
kebenaran dan keadilan. Oleh karena itu, Legislatif dan Eksekutif
sebagai mitra sejajar hendaknya bersinergi dan membangun
kesamaan visi dan misi yang bermuara kepada
kepentingan dan kesejahteraan rakyat kecil,..
Telah setengah abad bangsa ini merdeka, negara telah melahirkan generasi muda pejuang yang berasal dari berbagai daerah. Gema pekik patriotisme bukan hanya terdengar di Ibukota tetapi banyak kaum muda angkatan 66 lahir dan berjuang untuk mempertahankan eksistensi Bangsa dan Negara dari rongrongan dalam negeri maupun luar negeri. Gejolak politik nasional zaman Orde Lama dalam memberantas G 30 S PKI tahun 1965, peran KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) amat penting dan memiliki andil besar dalam mempertahankan eksistensi Negara Kesatuan RI (NKRI). Salah satu putra daerah dari Kab. Parigi Moutong, aktif di Presidium KAMI Pusat di Jakarta adalah Bachran Pandiman yang turut berjuang dalam menumpas Gerakan 30 September PKI. Semasa mudanya aktif dalam organisasi kemahasiswaan baik internal (HMI) maupun eksternal (soksi) kerap melakukan perlawanan terhadap kebijakan Presiden Soekarno yang tidak berpihak pada kepentingan rakyat miskin.
Mungkin generasi angkatan 90 an kurang mengenal Bachran Pandiman, sebagai salah seorang eksponen angkatan 66 asal daerah Sulawesi Tengah yang terus memekikkan suara kebebasan dan kemerdekaan serta pengganyangan terhadap G.30 S / PKI. Bachran yang akrab disapa om Bachran kini usianya terhitung senja, tetapi idealisme dan watak partiotisme terhadap Bangsa dan Negara terus mengobarkan semangat menegakkan kejujuran, kebenaran dan keadilan serta transparansi dalam mengelola pemerintahan daerah di era reformasi saat ini.
Dengan pengalaman demonstran sebagai aktivis gerakan mahasiswa se- Indonesia menentang PKI di zaman Orde Lama membuat diri Ketua Komisi “A” DPRD Parigi Moutong yang sudah dua kali terpilih, membuatnya lebih matang dan terkesan hati-hati dalam mengambil keputusan politik, karena acap kali mengedepankan kebersamaan dan menjunjung tinggi demokrasi, serta keadilan, sering berbenturan dengan kondisi yang berkembang. Oleh karena itu, ia berharap kepada kawan-kawan sejawatnya, hendaklah mengutamakan sharing pendapat yang lebih elegan dan tetap dalam koridor perundang- undangan yang berlaku. Legislatif dan Eksekutif sama- sama memiliki tupoksi berbeda, namun dalam tujuan sama yaitu mengedepankan kemajuan pembangunan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat Kabupaten Parigi Moutong kedepan.
Letak Geografis
Spirit of Parimo
BACHRAN PANDIMAN SITE
BACHRAN PANDIMAN
Aktivis KAMI Pusat dan Perintis Pembentukan Kabupaten Parigi Moutong
Dalam membangun Parigi Moutong ke depan,
semua pihak hendaknya mengedepankan kejujuran,
kebenaran dan keadilan. Oleh karena itu, Legislatif dan Eksekutif
sebagai mitra sejajar hendaknya bersinergi dan membangun
kesamaan visi dan misi yang bermuara kepada
kepentingan dan kesejahteraan rakyat kecil,..
Aktivis KAMI Pusat dan Perintis Pembentukan Kabupaten Parigi Moutong
Dalam membangun Parigi Moutong ke depan,
semua pihak hendaknya mengedepankan kejujuran,
kebenaran dan keadilan. Oleh karena itu, Legislatif dan Eksekutif
sebagai mitra sejajar hendaknya bersinergi dan membangun
kesamaan visi dan misi yang bermuara kepada
kepentingan dan kesejahteraan rakyat kecil,..
Letak Geografis
The Spirit of Town
Langganan:
Postingan (Atom)